MELAMIN, zat kimia sintetik ini sering digunakan oleh produsen barang-barang rumah tangga (RT) dalam pembuatannya. Contohnya saja di dalam piring, gelas, sendok, atau mangkuk. Tujuannya paraktis yakni agar barang-barang rumah tangga tersebut tidak gampang pecah dan disain warnanya lebih menarik. Namun, tahukah Anda bahwa adanya melamin yang kini tak hanya terkandung di dalam barang perabot rumah tangga namun juga ada di dalam makanan bisa merusak sistem tubuh manusia.
Beberapa tahun lalu, masalah melamin pernah mencuat ke permukaan karena kehadirannya di dalam makanan.
Meskipun tidak langsung menimbulkan efek samping, namun penggunaan secara terus menerus dapat menyebabkan melamin tertimbun di dalam tubuh dan pada jangka waktu tertentu menimbulkan penyakit berbahaya hingga kematian.
Melamin merupakan suatu senyawa polimer yang terbentuk melalui proses polimerisasi antara monomer-monomer. Monomer-monomer tersebut adalah formaldehida dan fenol. Dari persenyawaan ini dapat menghasilkan senyawa yang bersifat toksik atau racun. Persenyawaan ini juga akan menghasilkan sisa senyawa (residu) yang juga bersifat racun.
Lambung Berdarah
Melamin yang telah terbentuk dan digunakan dalam makanan, minuman, dan bahan perabotan rumah tangga jika terkena sinar matahari akan mengalami depolimerisasi. Sebab, sifat melamin tidak tahan akan panas dan sinar matahari.
Akibatnya, senyawa pembentuk melamin yakni formaldehid dan fenol akan kembali terlepas dan terkungkung dalam produk-produk itu. Alhasil, jika formaldehid dan fenol masuk ke dalam tubuh maka dapat menyebabkan kerusakan sebagian organ tubuh. (cr1)
Gangguan Lambung dan Kanker
GEJALA yang mungkin bisa terjadi yakni diare atau muntah yang bercampur dengan darah. Dan dalam waktu lama, setelah senyawa-senyaa tersebut tertimbun di dalam tubuh maka dapat menyebabkan kerusakan pada lambung, gangguan fungsi otak, dan sum-sum tulang belakang hingga kanker dan kematian.
Pendeteksian adanya senyawa melamin di dalam perabotan makan dan produk makanan memang tidak bisa dilihat dengan kasat mata.
Sehingga para konsumen harus lebih berhai-hati dalam memilih setiap perabotan dan produk jajanan. Sementara itu, pendeteksian secara kimiawi harus dilakukan oleh pihak instansi kesehatan dan para peneliti akademisi sehingga turut menjaga konsumen dari zat-zat berbahaya di dalam produk-produk yang dikonsumsi bukan saja melamin.
Sumber: http://keslingmks.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar